Menakar Kadar Prestasi

Ada prestasi di balik frustasi. Faktanya memang begitu. Prestasi yang berusaha dicapai, sebenarnya berawal dari menembus tembok keterbatasan. Melewati semua rintangan. Keluar berlari dari zona nyaman. Melawan lupa dari harapan capaian.

Pada titik tertentu rasa frustasi datang. Menarik ulur untuk menyudahi perjuangan. Selalu muncul tanya “Begini mau sampai kapan?“. Termenung dalam renung, teringat kembali tujuan utama gelora semangat pertama yang menyadarkan. Perlahan bangkit lagi untuk melanjutkan atau mulai dari nol dengan cara yang baru.

Dalam aktivitas keseharian, problem ini sudah lazim terjadi. Setiap manusia pasti punya persepsi tentang arti prestasi. Prestasi adalah hal yang relatif. Sama seperti mengukur seseorang cantik atau tampan (ini juga relatif).

Prestasi selalu dijadikan standar capaian. Agar semangat menggapai tujuan. Ada yang mengukur prestasi dari nilai, bobot atau peringkat. Tapi, ada juga yang menakarnya dalam rasa, kepuasan dan makna.

Bagi sebagian orang, IPK 4 itu prestasi. Karena jarang ada yang berhasil meraihnya.

img_9001
Yudisium Kelulusan Biologi, FMIPA Unmul 

Bagi sebagian orang lagi, menyenangkan dan berusaha berkiprah untuk kebermanfaat masyrakat itulah prestasi. Karena tak semua orang ingin dan berkesempatan peduli pada sekitarnya

IMG_9658
Semangat Itu…

Semua landasannya kembali pada diri dan persepsi. Kadar prestasi tidak punya parameter khusus, kecuali diri kita sendiri yang meyakininya dan Sang Rabb sebagai supervisor utamanya. Sebab apapun yang kita lakukan, sebaiknya memang perlu berbuah prestasi. Meski ada frustasi, tapi yakinilah saja itu hanya sementara. Sebab, frustasi hanyalah kerikil penghalang yang bisa disingkirkan setiap saat.Menangkal frustasi dengan sikap optimis, kesungguhan dan yakin bahwa roda akan terus berputar asalkan si pengendara terus mengayuhnya. Artinya, frustasi itu terjadi saat diam, tanpa usaha. Sedangkan prestasi adalah bagi mereka yang siap menembus rintangan, masalah, menemui zona baru yang mengahruskannya tetap beradatasi untuk survive berlaga di medan juangnya. Artinya, prestasi adalah efek dari rangkaian gerakan berupa ikhtiar.

Namun, jangan perkecil makna prestasi hanya dari segi IPK. Sebab, yang berjuang bangun subuh dan sholat tepat waktu di Masjid pun bagian dari prestasi. Sebab mengeja bacaan Al Qur’an dari buta huruf hingga mengenalnya adalah prestasi. Sebab, yang menahan lapar karena puasa agar meredam nafsu dan emosi, ini pun prestasi. Sebab, berusaha menerapkan ilmu dalan amal kebaikan dalam aktivitas dan belajar memperindah akhlak dan ucapan, juga sebuah prestasi.

Sekarang, bagaimana kita memposisikan diri. Di pos manakah seharusnya kita berprestasi dan tak perlu menganggap kecil prestasi yang sederhana. Dan selalu jadilah seorang yang bersyukur atas segala nikmat yang terberi setiap detiknya. Jika itu mampu kita lakukan, itu pun sebuah prestasi. Lalu sekarang yang manakah prestasimu sebenarnya…?

Sebuah refleksi subuh yang menyadarkan, segala sesuatu menyimpan banyak rahasia hikmah. Menyiasati kembali kadar prestasi agar berarti dihadapanNya…

Samarinda, 25 Oktober 2016 (07:14 Wita)

Leave a comment